Rabu, 22 Desember 2010

HUBUNGAN ASPEK SOSIAL TERHADAP PEMBANGUNAN KESEHATAN


A.   Budaya Masyarakat Daerah Pada Masa Kehamilan
1.      Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung 2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3 bulan barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul-betul hamil.
Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya mulus, sempurna, sehat, dan selamat.
2. Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam.
Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu hamil , dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok. Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu, dan mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak, suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran, belut, bunga, dsb. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang empat atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis terjual selesailah serangkaian upacara adat tingkeban.
3. Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.
4. Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang mengandung lebih dari sembilan bulan,bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi belum melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun, seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun oleh indung beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau tidak ada kandang kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali. Perempuan yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk. Setelah mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini sudah jarang dilaksanakan.
B.   Peranan Seorang Bidan
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Di Indonesia ini jumlah bidan memang tidak sedikit, tetapi untuk di pelosok daerah masih banyak masyarakat yang belum paham akan arti dari bidan. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan, artinya ia juga harus siap dengan konsekuensi yang akan terjadi. Tak mudah mengubah pola pikir ataupun kebiasaan masyarakat. Apalagi, masalah proses persalinan. Kehadiran tenaga medis dengan spesialisasi melayani persalinan kaum perempuan, bagi warga Mercu dan Muktitama, termasuk hal baru. Selama ini, apabila ada yang akan melahirkan mereka pada umumnya mengandalkan dukun.
Bahkan, terdapat tradisi tujuh bulanan. Ibu hamil dengan usia kandungan tujuh bulan, telah diharuskan menentukan siapa dukun yang akan membantu persalinan. “Ini tantangan cukup berat. Kita takut nantinya, terjadi risiko yang tidak diinginkan pasca melahirkan. Misalnya infeksi atau penularan penyakit selama persalinan berlangsung. Seperti pemotongan tali pusat, ada yang masih pakai gunting biasa. Padahal, gunting itu sebelumnya harus disterilkan,”terang wanita yang menempati rumah dinas di Puskesmas Pembantu (Pustu) itu.
Ujung-ujungnya, ketika persalinan bermasalah dan dukun sudah angkat tangan, baru di bawa ke bidan. Pernah suatu kali, kata Yanti, seorang ibu sehari semalam mengejan kesakitan. Sudah ditolong oleh dukun, tapi sang bayi tak kunjung keluar. Akhirnya dijemputlah bidan.
“Waktu saya datang, bayinya lahir dengan selamat. Saya pikir masyarakat mulai percaya bidan, tapi ternyata rupanya ndak juga,”katanya lalu tersenyum.
Sejak bertugas di kampung yang berpenduduk lebih dari 1.200 jiwa itu, hingga sekarang, Yanti mengaku baru dua kali menangani proses persalinan. Selebihnya, membantu pasien rujukan dari dukun.  Walau begitu, ia maklum dengan cara berfikir warga di sana. “Secara perlahan, mungkin nantinya mereka akan mengerti juga, betapa pentingnya tenaga kesehatan dalam hal persalinan,”tuturnya tegar.
Informasi yang berhasil dirangkum Padang Ekspres, sedikitnya terdapat tiga dukun beranak yang masih aktif. Yanti memprediksikan, antara bidan dan dukun, kisarannya 8:2. Dari sepuluh orang, delapan orang lebih memilih ke dukun dan hanya dua orang yang lebih percaya pada bidan.
Di tanya apakah kecendrungan ini ada hubungannya dengan tarif persalinan yang dibanderol oleh bidan? Sontak, Yanti menggeleng. Bahkan, katanya biaya yang ditawarkan dukun ada yang sedikit lebih tinggi dari bidan. Di samping itu, di tempat bidan berlaku Jamkesmas atau Jamkesda. Tapi, hal ini bukanlah jaminan yang bisa menggaet hati para ibu-ibu.
Kendala  yang dihadapi bides itu, tak hanya seputar masalah pendekatan kepada ibu-ibu hamil. Sebagai daerah pedalaman, istri Irmansyah Putra itu, harus akrab dengan segala keterbatasan infrastruktur. Antara lain, tentang jaringan listrik yang belum masuk di kampung itu. Begitupula masalah air bersih. Krisis air paling terasa bila hujan tak kunjung turun.

C.   Upaya Pemerintah Dalam Pembangunan Kesehatan

Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, AKI 307 per 100.000 KH dan AKB 34 per 1.000 KH. Hal itu sambutan Menkes yang dibacakan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dr. Ratna Rosita Hendardji, MPH dalam acara Kampanye Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Penggunaan Buku KIA, bekerja sama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), di Jakarta (3/2/2010).

“Surga ada di bawah telapak kaki ibu”, pepatah ini menunjukkan betapa pentingnya posisi ibu di masyarakat, namun kenyataannya perhatian terhadap keselamatan ibu saat melahirkan masih perlu ditingkatkan, demikian pula bayi yang dilahirkan harus sehat dan tumbuh kembang dengan baik, ujar Menkes.
Menurut Menkes, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak.
Untuk tahun ini, sebanyak 300 Puskesmas di wilayah Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua memperoleh dana operasional sebesar Rp 10 juta per bulan. Mulai tahun 2011, seluruh Puskesmas yang berjumlah 8.500 akan mendapatkan BOK.
Kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran), tambah Menkes.
Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga, ujar Menkes.
Menkes menambahkan, salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan “stiker” ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan.
Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

“P4K berperan dalam pencapaian salah satu target program 100 hari Kementerian Kesehatan yaitu terdatanya ibu hamil di 60.000 desa di seluruh Indonesia. Saat sudah terdata 3.122.000 ibu hamil di 67.712 desa,” papar Menkes.
Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga memiliki pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas; asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI; jadwal imunisasi; serta informasi lainnya. Semua informasi tersebut ada di dalam Buku KIA yang diberikan kepada ibu hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga berfungsi sebagai alat pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil serta pemantauan pertumbuhan bayi sampai usia 5 tahun. Buku ini dapat diperoleh di Puskesmas, jelas Menkes.
Pada kesempatan tersebut Menkes mengajak semua ibu hamil, suami dan keluarga melaksanakan P4K. Kepada organisasi profesi dan rumah sakit menyediakan dan menggunakan Buku KIA di sarana kesehatan lebih ditingkatkan.
Menurut Menkes, upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan akan lebih optimal apabila semua khususnya Pemerintah Daerah berperan aktif, mendukung dan melaksanakan semua program percepatan penurunan AKI dan AKB. Selain itu juga perlu dukungan pihak swasta baik dalam pembiayaan program kesehatan melalui CSR-nya maupun partisipasi dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan swasta.
Menkes berharap kampanye ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia dan dapat diikuti oleh pihak-pihak lain sehingga “Ibu Selamat, Bayi Sehat, Suami Siaga” menjadi slogan bersama.
Menkes juga menyambut gembira atas keterlibatan SIKIB dalam kampanye P4K sebagai upaya memajukan kesehatan ibu dan anak. Menkes juga menyampaikan apresiasi atas peran PKK yang telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan program kesehatan terutama KIA di lapangan.







DAFTAR PUSTAKA

·         Waskitho.Pengembangan Sistem Kesehatan Masyarakat Indonesia Berbasis Partisipasi Seluruh Masyarakat menghadapi Era Glibalisasi. http://crackbone.wordpress.com/2010/01/27/pengembangan-sistem-kesehatan-masyarakat-indonesia-berbasis-partisipasi-seluruh-masyarakat-menghadapi-era-globalisasi/. Rabu, 13 Oktober 2010

ASPEK SOSIAL B UDAYA YANG BERHUBUNGAN KESEHATAN ANAK


·         Mitos yang berkembang di masyarakat
1.      Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin
Faktanya, pakar kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang dilakukan di Ingggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan dalam ruangan yang hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang brada di lorong tidak mengalami pilek atau flu. ”kedinginan belum tentu mempengaruhi system kekebalan secara langsung”.

2.      Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam.
Hal yang seharusnya adalah menjaga cairan tubuh merupakan hal terpenting yang harus dilakukan, ketika seseorang banyak cairan maka semakin mudah terkena penyakit. Meski demikian, anak tidak perlu mengkonsumsi minuman elektrolit bila tidak mengalami dehidrasi atau diare.

3.      Anak akan kehilangan 75%  panas tubuh melalui kepala.
Mitos macam itu berkembang karena keharusan kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika cuaca dingin. Hal itu dibenarkan, karena kepala bayi memiliki prosentase lebih besar daripada bagian tubuh lainnya. Akan tetapi, ketika sudah besar, keluarnya panas melalui kepala kepala hanya 10%, sisanya panas tubuh keluar melalui kaki, lengan dan tangan.
Daftar Pustaka





·         Mitos tentang vitamin sangat perlu diketahui agar tak salah langkah..
1.      Anak kurus karena kurang vitamin
Orang sering berpikir, anak yang gemuk dan lincah pastilah sehat. Padahal belum tentu, lho. Anak gemuk belum tentu cukup vitamin. Pasalnya, tubuh yang besar relatif butuh makanan lebih banyak. "Bisa jadi, anak yang gemuk tersebut kurang darah alias mengidap anemia."
Biasanya pada saat lahir, anak tersebut mendapat cadangan makanan (baik zat besi maupun vitamin) yang cukup dari ibunya. Namun seiring pesatnya pertumbuhan, ia ternyata relatif kekurangan vitamin pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat tambahan asam folat, zat besi, dan vitamin C.
Sebaliknya, anak yang kurus juga belum tentu kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak sehat, tidak berlaku lagi sekarang. "Patokannya sekarang adalah tumbuh dan kembang. Untuk mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa menggunakan alat ukur grafik berat, tinggi dan umur yang saling dibandingkan," lanjut Ghazali.
Selain itu, faktor genetik pun bisa mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk, pendek, tinggi, dan lainnya.
2.      Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin
Sering, kan, kita lihat orang tua yang sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya yang sulit makan. "Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu makan anak. Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti karena sakit tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena TBC," ujar Ghazali.
Pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan vitamin C alias asam askorbat. Asam jika dimakan berlebih akan menyebabkan perut perih. Apalagi jika anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka di lambung. Tetapi pada anak kecil hal ini jarang terjadi.
Penyakit mag biasanya diderita orang dewasa. Untuk itu sebaiknya mengkonsumsi vitamin sesuai dosis wajarnya 50 mg. Jangan termakan iklan yang menyebutkan bahwa menelan vitamin dosis tinggi (sampai 1.000 mg) bisa membantu stamina tetap kuat dan tidak sakit-sakitan.
3.      Vitamin membuat anak lebih cerdas
Vitamin memang bisa membuat anak cerdas, namun tetapi prosesnya tentu saja tidak langsung. Cerdas itu terjadi karena anak mengalami perkembangan. Misalnya cepat bicara, berjalan, bermain, dan lainnya.




Cara Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktik Kebidanan Pendekatan Melalui Kesenian Tradisional


Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah. Memerlukan prantara budaya, untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Maksud dari menyatakan rasa seni secara aktif adalah seseorang jika memiliki suatu rasa seni, harus dikembangkan atau diapresikan  kepada orang lain agar bermanfaat bagi orang lain. Agar rasa seni tersebut dapat disalurkan atau diberikan kepada orang lain supaya rasa seni yang dimiliki dapat bermanfaat bagi orang lain.

Dalam kegiatan apresiatif, maksudnya yaitu mengadakan suatu pendekatan terhadap kesenian seolah – olah  kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah  seseorang dalam pembabaran ide yang bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita, khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya, yang bersifat lahiriah untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu, serta ide yang melatar belakangi kehadirannya.

Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian, kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari kata yunani berarti merasa sama. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.

  1. Apresiasi Seni
Apresiasi Seni adalah kesadaran akan nilai seni yang meliputi pemahaman dan kemampuan untuk menghargai karya seni, seseorang yang memiliki rasa apresiasi seni berarti orang tersebut memiliki kesadaran akan nilai dari sebuah karya seni sehingga orang tersebut mampu menghargai karya seni tersebut.


Yang menjadi sumber apresiasi seni adalah :
a. Kepekaan eksistensi yang berkembang pada diri masing-masing, yang tidak disadari sesuai dengan lingkungan yang membinanya.
b. Pengetahuan kesenian yang meliputi pengetahuan mengenai karya seni, sejarah seni, perkembangan kesenian dan estetika manusia. Hakikat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha untuk mengungkapkan gagasan persepsi citreu pemecahan bentuk dan penemuan-penemuan baru. Hakekat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha.

3. Peranan Seni
   Seni memliki beberapa peranan, diantaranya :
  1. Seni sebagai kebutuhan.
Seni sebagai kebutuhan berarti seni merupakan salah satu dari beberapa kebutuhan bagi manusia yang perlu dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia melengkapi dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan sebagai penunjang atau pelengkap untuk penyempurnaan pekerjaannya.

b. Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi
1)            Sebagai ungkapan gagasan
Seni sebagai gagasan berarti seni dapat digunakan untuk mengungkapkan buah pikiran dalam suatu wujud, yang nyata dan dapat ditanggapi atau dipergunakan oleh orang lain.
2)            Alat komunikasi
Berisi pesan yang diinformasikan pada orang lain, dan masyarakat baik dalam bentuk buah pikiran, perasaan, maupun segala harapan dapat juga berupa pernyataan kritik, ketidaksetujuan atau ketidaksepahaman biasanya diungkapkan dalam bentuk karton dan nyanyian dalam drama modern.
  3)       Kesenian Sebagai Pembentuk Peradaban Manusia
 Kesenian dalam kehidupan manusia ikut mendidik manusia dan masyarakat menjadi beradab, agar kehidupan manusia menjadi lebih harmonis. Seni menjadikan manusia berbudi luhur. Sejarah telah mencatat akan prestasi-prestasi kesenian dalam peranannya membentuk sikap budi manusia. Karya-karya seni pada zaman primitif merupakan alat-alat yamg mampu menimbulkan suasana magis dan misterius dalam pemujaan serta kehidupan pada waktu itu. Juga karya-karya kesenian klasik yang puitik heroik maupun karya-karya modern, kesemuanya memberi pengaruh yang besar dalam peradaban manusia.
Secara keseluruhan kesenian hanyalah ditujukan untuk kebahagiaan manusia, baik kebahagiaan manusia secara materi maupun spirituil. Kesenian diciptakan oleh manusia untuk melengkapi kebahagiaan manusia seluruhnya. Ternyata seni mempunyai peranan dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hasrat mengungkapkan atau menyatakan perasaan pribadi mengenai aspek-aspek pokok kehidupan sehari-hari tentang kelahiran, cinta, perkawinan, iri hati, kematian dan lain-lainnya.
Disamping memenuhi kebutuhan dalam hubungan kegiatan sosial kita mengenai situasi politik, ekonomi, kepercayaan, menyatakan keinginan atau tujuan bersama, menyusun komunikasi antar individu, mempengaruhi situasi masyarakat dan lain-lainnya. Juga memenuhi kebutuhan fisik seperti gedung, alat pengangkutan, alat penyimpanan, bahan pembungkus. Jadi peranan seni dalam kehidupan manusia merupakan suatu cara atau usaha hasil budi manusia untuk mencapai tujuan, kebahagiaan atau kesejahteraan. Inilah kenyataan tentang suatu gejala aktivitas manusia yang dinamakan SENI.
4. Kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan
Dalam penyuluhan kesehatan maupun dalam praktik kebidanan, seni dapat digunakan sebagai media dalm melakukan pendekatan kepada masyarakat, Seorang petugas bisa menyelipkan pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya:
* Dengan Kesenian wayang kulit
   Melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan, dapat diisi dengan  pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pesan-pesan yang telah disampaikan di awal pertunjukan atau pertanyaan – prtanyaan yang diberikan oleh penonton.
* Menciptakan lagu-lagu berisikan tentang permasalahan kesehatan dalam bahasa daerah setempat.

5. Kesenian sebagai seni terapi
                  Kesenian sebagai terapi pada kejiwaan,sebagai pelipur rala. Kita ketahui kehidupan zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks, tubuh dan jiwa manusia mempunyai batas untuk dapat mengatasinya. Untuk itu dengan seni diharapkan akan memberikan dampak positif dalam mengatasi stress tersebut baik stres fisik maupun batin. Misalnya dengan menyanyi, menciptakan lagu, seni memahat patung, dll.